Kata Pengantar

Blog ini berisi tentang semua yang berhubungan dengan Kalimantan Barat,semoga blog ini bermanfaat bagi orang-orang yang telah membuka dan melihat-lihat isinya.
Terima Kasih.....

Senin, 29 November 2010

Referensi Tentang Kalimantan Barat

Referensi

Daftar Nama-nama Gubernur Kalimantan Barat

Tabel

No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1.
Adji Pangeran Afloes 1957 1958
2.
Djenal Asikin Judadibrata 1958 1959
3.
Johanes Chrisostomus Oevang Oeray 1960 1966
4.
Soemardi, Bc. HK 1967 1972
5.
Kol. Kadarusno 1972 1977
6.
H. Soedjiman 1977 1987
7.
Brigjen H. Parjoko Suryokusumo 1987 1993
8.
Mayjen H. Aspar Aswin 1993 13 Januari 2003
9. Usman jafar.jpg Usman Ja'far 13 Januari 2003 14 Januari 2008
10. Drs Cornelis.jpg Drs.Cornelis MH 14 Januari 2008 sekarang

Suku-suku di Kalimantan Barat

terdiri atas:
  1. Suku Iban (Ibanic)
  2. Suku Bidayuh (Bidoih)
  3. Suku Seberuang (Ibanic)
  4. Suku Mualang (Ibanic)
  5. Suku Kanayatn
  6. Suku Mali
  7. Suku Sekujam
  8. Suku Sekubang
  9. Suku Kantuk (Ibanic)
  10. Suku Ketungau (Ibanic)
  11. Suku Desa (Ibanic)
  12. Suku Hovongan (Kayanic)
  13. Suku Uheng Kereho (Kayanic)
  14. Suku Babak
  15. Suku Badat
  16. Suku Barai
  17. Suku Bugau (Ibanic)
  18. Suku Bukat (Kayanic)
  19. Suku Galik (Bidoih)
  20. Suku Gun (Bidoih)
  21. Suku Jangkang (Bidoih)
  22. Suku Kalis (Banuaka")
  23. Suku Kayan
  24. Suku Kayaan (Kayaanic)
  25. Suku Kede (Ibanic)
  26. Suku Keramai
  27. Suku Klemantan
  28. Suku Pos
  29. Suku Punti
  30. Suku Randuk
  31. Suku Ribun (Bidoih)
  32. Suku Cempedek
  33. Suku Dalam
  34. Suku Darok
  35. Suku Kopak
  36. Suku Koyon
  37. Suku Lara (Kanayatn)
  38. Suku Senunang
  39. Suku Sisang
  40. Suku Sintang
  41. Suku Suhaid (Ibanic)
  42. Suku Sungkung (Bidayuh)
  43. Suku Limbai
  44. Suku Mayau
  45. Suku Mentebak
  46. Suku Menyangka
  47. suku-suku sungai Mayuke
  48. Suku Sanggau
  49. Suku Sani
  50. Suku Sekajang
  51. Suku Selayang
  52. Suku Selimpat
  53. Suku Dusun
  54. Suku Embaloh (Banuaka")
  55. Suku Empayuh
  56. Suku Engkarong
  57. Suku Ensanang
  58. Suku Menyanya
  59. Suku Merau
  60. Suku Muara
  61. Suku Muduh
  62. Suku Muluk
  63. Suku Ngabang
  64. Suku Ngalampan
  65. Suku Ngamukit
  66. Suku Nganayat
  67. Suku Panu
  68. Suku Pengkedang
  69. Suku Pompang
  70. Suku Senangkan
  71. Suku Suruh
  72. Suku Tabuas
  73. Suku Taman
  74. Suku Tingui
  75. Rumpun Uut Danum di Kalimantan Barat: Dohoi, Cohie, Pangin, Limbai, Sebaung
lain-lain:
  1. Suku Banjar
  2. Suku Pesaguan
  3. Suku Bugis
  4. Suku Sunda
  5. Suku Jawa
  6. Suku Madura
  7. Suku Minang
  8. Suku Batak
  9. dan lain-lain
  • Tionghoa
  1. Hakka
  2. Tiochiu
  3. dan lain-lain

Kota Sanggau

Kabupaten Sanggau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kabupaten Sanggau
Lambang 
Kabupaten Sanggau
Lambang Kabupaten Sanggau


Peta lokasi Kabupaten Sanggau
Koordinat : 1°10' LU - 0°35' LS. 109°45' - 111°11' BT
Motto '
Semboyan Sanggau Permai
Slogan pariwisata '
Julukan
Demonim '
Provinsi Kalimantan Barat
Ibu kota Sanggau
Luas 12.857,70 km²
Penduduk
 · Jumlah 372.448 jiwa (2005)
 · Kepadatan 29 jiwa/km²
Pembagian administratif
 · Kecamatan 15
 · Desa/kelurahan 6
Dasar hukum -
Tanggal -
Hari jadi -
Bupati Ir. H. Setiman H. Sudin
Kode area telepon +62 564 dan +62 563
APBD -
DAU -
Suku bangsa Melayu, Dayak, Cina, Batak, Sunda, Jawa dan lain-lain
Bahasa Bahasa Indonesia, Melayu, Dayak dan dialek Cina
Agama Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Kong Hu Cu dan Hindu
Flora resmi -
Fauna resmi -
Zona waktu WIB (UTC +7)
Bandar udara -

Situs web resmi: http://www.sanggau.go.id/
Kabupaten Sanggau adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah 12.857,70 km² dengan kepadatan 29 jiwa per km². Dilihat dari letak geografisnya kabupaten sanggau terletak di antara 1° 10" Lintang Utara dan 0° 35" Lintang Selatan serta di antara 109° 45", 111° 11" Bujur Timur. Daerah ini merupakan tempat kelahiran Gubernur Kalimantan Barat saat ini, Cornelis M.H.



Keterangan

 

Geografis

 

Batas wilayah

Kabupaten Sanggau memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara Sarawak, Malaysia Timur
Selatan Kabupaten Ketapang
Barat Kabupaten Landak
Timur Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sekadau

 

Suku Bangsa

Suku bangsa yang ada di daerah ini adalah:
Selain suku-suku setempat terdapat pula suku-suku lain yang merupakan pendatang, seperti:

 

Sejarah

Suku Melayu adalah suku asli Kabupaten Sanggau yang dahulunya merupakan wilayah Kerajaan Sanggau. Kerajaan ini sudah berdiri sejak tahun 1380.

 

Iklim

Kabupaten Sanggau beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan tertinggi mencapai 196 mm terjadi pada bulan Januari dan terendah mencapai 54 mm terjadi pada bulan Juli.
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam.
Adapun jenis tanah yang terdapat di kabupaten Sanggau adalah jenis podsolik yang hampir merata di seluruh kecamatan.

 

Transportasi

Sebagian besar transportasi di Kabupaten Sanggau masih mengandalkan transportasi sungai seperti sampan, speedboat dan lain-lain. Daerah ini juga masih mengandalkan transportasi umum seperti bus, angkutan dalam kota dan lain-lain.

 

Pranala Luar

Sejarah Kerajaan Meliau

Raja pertama kerajaan Meliau adalah Pangeran Mancar, putra ketiga Brawijaya dari kerajaan Majapahit. Bersama dengan saudara-saudaranya, Pangeran Mancar meninggalkan kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan menuju daerah pedalaman Kalimantan.
Di daerah Meliau, keturunan Jawa ini kemudian melindungi wilayahnya dengan jimat berupa gumpalan tanah dari tungku dapur menanak nasi raja Tanjungpura agar aman dari serangan suku Dayak. (kenapa suku dayak bisa menyerang kerajaan tsb? saya rasa disini perlu di garis bawahi, bukankah sebaliknya mereka yang mengaMbil alih tanah orang dayak dan melakukan hal2 yg membuat orang dayak MENYINGKIR HINGGA KE PEDALAMAN2!!!!. Tanah tersebut diambil oleh Rangga Macan yang menghadap raja Tanjungpura memohon perlindungan. Hingga kini tanah tersebut tersimpan di daerah Meranggau.
Pada 1866, Pangeran Adipati Mangku Negara, panembahan kerajaan Meliau mengundurkan diri. Atas bantuan Belanda, putra mahkota yang pergi merantau tanpa diketahui keberadaannya, diketemukan di Minahasa, Sulawesi Utara. Ia telah memeluk agama Kristen dan menjadi pedagang. Atas bujukan Belanda, putra mahkota kembali ke Meliau pada 1869 dan dinobatkan sebagai raja dengan gelar Ratu Anum Paku Negara. Ratu Anum Paku Negara kemudian kembali ke agama Islam serta mendirikan keraton dan pendopo dari kayu dengan arsitektur yang indah di zamannya.
Ratu Anum Paku Negara wafat pada 1885. Putra tunggalnya, Abdul Salam pada waktu itu menjabat sebagai jaksa di Betawi. Abdul Salam kemudian diangkat menggantikan ayahnya dengan gelar Pangeran Ratu Muda Paku Negara. Pada 2 Agustus 1889, karena kurang puas dengan penghasilannya Pangeran Ratu Muda Paku Negara meninggalkan tahta kerajaan dan kembali ke Betawi. Tahun 1897, ia wafat tanpa meninggalkan keturunan.
Dengan beslit nomor 23 tanggal 15 Januari 1890, Gusti Mohamad Ali dari kerajaan Tayan kemudian menggabungkan kerajaan Meliau ke kerajaannya yang berlaku efektif pada 26 Februari 1890. Pada masa pemerintahan panembahan kerajaan Tayan berikutnya, Panembahan Anum Paku Negara, kerajaan Meliau dijadikan Gouvernement Gebied di bawah kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda.

Sabtu, 27 November 2010

Sejarah Kesultanan Kubu di Kalimantan Barat

Sejarah

Sejarah Kerajaan Kubu memiliki kaitan yang erat dengan sejarah Kesultanan Pontianak. Sejarah pantas berhutang budi kepada sekelompok kecil petualang dan saudagar Arab yang singgah di sana atas kemunculan serta tegaknya kedua kerajaan tersebut pada awalnya. Yaitu ketika 45 penjelajah Arab yang berasal dari daerah Hadramaut di Selatan Jazirah Arab, yang pada mulanya bertujuan untuk mencari keuntungan dengan berdagang di lautan Timur-jauh (Asia) berlabuh di sana. Leluhur dan Tuan Besar (Raja) Kerajaan Kubu pertama, yaitu Syarif Idrus Al-Idrus, adalah menantu dari Tuan Besar (Panembahan) Mampawa (Mempawah). Ia Syarif Idrus juga merupakan ipar dari Sultan pertama Kesultanan Pontianak (Al-Qadri). Pada awalnya Beliau Syarif Idrus membangun perkampungan di dekat muara sungai Terentang, barat-daya pulau Kalimantan.
Sebagaimana keluarga sepupunya (Al-Qadri), Keluarga Syarif Idrus Al-Idrus (the Idrusi) tumbuh menjadi keluarga yang kaya-raya melalui perdagangan yang maju. Mereka membangun hubungan yang terjaga baik dengan Kerajaan Inggris Raya, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Sir Thomas Stanford Raffles (yang membangun Singapura), saat Raffles ditugaskan di Hindia Belanda. Hubungan ini berlanjut hingga setelah kembalinya Belanda ke Indonesia (Hindia Belanda) dan dirintisnya pembangunan pulau Singapura.
Bagaimanapun juga, hubungan ini tidak disukai oleh Kerajaan Belanda, yang secara formal mereka mengendalikan Pulau Kalimantan berdasarkan kontrak perjanjian bangsa-bangsa yang ditetapkan pada tahun 1823. beberapa keluarga Al-Idrus sempat juga mengalami perubahan kesejahteraan hidup menjadi sengsara pada masa itu. Mereka ada yang meninggalkan Kalimantan demi menjauhi sikap buruk Belanda ke daerah Serawak, yang mana waktu itu menjadi daerah territorial Kerajaan Inggris Raya, demi harapan yang lebih baik akan keberhasilan dalam perdagangan. Sedangkan Keluarga Al-Idrus yang memilin bertahan di Kubu, bagaimanapun juga, tak jua mendapatkan kehidupan serta perlakuan yang lebih baik dari pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda menurunkan Syarif Abbas Al-Idrus dari jabatan Tuan Besar Kerajaan Kubu atas dukungan sepupunya, Syarif Zainal Al-Idrus ketika terjadi perebutan jabatan Raja pada tahun 1911. Akhirnya ia justru terbukti menemui kesulitan dalam pemerintahan serta diturun-tahtakan dengan tanpa memiliki pewaris/pengganti yang jelas, delapan tahun kemudian. Tidak adanya Pewaris tahta, baru ditetapkan dan disahkan setelah beberapa tahun kemudian. sehingga pejabat kerajaan yang ada selama kurun waktu itu hanyalah “Pelaksana sementara” (temporary ruler).
Setelah beberapa lama, akhirnya Syarif Shalih, mendapatkan kehormatan agung dari pemberi wewenang untuk menjabat sebagai Raja, tetapi kemudian tertahan saat kedatangan tentara Jepang di Mandor, pada tahun 1943.
Dewan kerajaan dan Keluarga Bangsawan tak semudah itu menyutujui pergantian Kerajaan kepada Syarif Shalih. Hingga akhirnya justru Jepang menempatkan putra bungsu Raja terdahulu yaitu Syarif Hasan, sebagai pemimpin Dewan Kerajaan akan tetapi belum sempat terjadi karena Jepang terlebih dulu kalah pada PD II dan meninggalkan Indonesia. Ia justru baru menerima pengesahan sebagai Pemimpin Kerajaan (Tuan Besar) Kubu pada tahun 1949, setelah Pemerintah Indonesia terbentuk. Kerajaan Kubu itu sendiri akhirnya berakhir dan menghilang ketika dihapus oleh Pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 1958.